Beton retak cukup sering terjadi dalam 
pelaksanaan proyek konstruksi. Banyak yang menyikapinya secara buru-buru
 bahwa  beton tersebut harus diperbaiki karena struktur beton telah 
mengalami kegagalan. Contoh pada proyek Perkantoran dimana Pembeli 
membeli space kantor yang belum dipasang plafond gypsum. Lalu, ketika 
melihat balok ada yang retak, Pembeli komplain. Kontraktor diminta untuk
 memperbaikinya. Salah siapa?
Beton Bertulang
Beton  sangat banyak dipakai dalam 
proyek konstruksi. Bahan beton diperoleh  dengan cara mencampurkan 
semen, air, dan aggregat plus bahan aditif  dalam perbandingan tertentu.
 Segera telah diaduk, beton segar mulai  mengeras. Semakin lama semakin 
keras mendekati kekuatan batu. Pedoman kekuatan beton adalah  kekuatan 
saat mencapai umur 28 hari. Berikut disajikan tampang beton setelah 
mengeras.
Beton memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Memiliki      kuat tekan sangat tinggi.
 
- Karakter      beton memiliki kuat tarik rendah yang menyebabkan beton gampang mengalami retak pada daerah tarik.
 
- Beton      mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah
 
- Beton      mengalami kembang-susut bila      terjadi perubahan suhu
 
- Beton      bersifat getas
 
Kemampuan kuat tekan beton pada umur 28 
hari berkisar fc’= 10 – 65 MPa. Di pasaran lebih sering dijumpai mutu 
beton fc’ = 10 – 45 MPa atau K125 – K500. Angka tersebut menunjukkan 
nilai kekuatan tekan beton. Sebagai gambaran untuk kekuatan tekan beton 
untuk K125 adalah kubus beton 15×15 cm sanggup menahan beban sekitar 28 
Ton.
Kuat tarik beton berkorelasi dengan kuat
 tekannya atau dapat merupakan fungsi dari kuat tekannya. Maksudnya, 
jika kuat tekan beton tinggi, maka kuat tarik beton juga tinggi. Kuat 
tarik beton berada jauh di bawah kuat tekannya. Suatu rumus pendekatan 
untuk menentukan kuat tarik beton yaitu = 0.57 x √ fc’ (untuk beton 
normal).
Pada kenyataannya beton dalam struktur 
beton bangunan sipil, memikul tarik yang  cukup besar Sehingga 
diperlukan perkuatan / material lain agar beton mampu memikul beban 
terutama beban tarik tersebut. Besi tulangan merupakan material yang 
memiliki kuat tarik yang tinggi. Sifat ini kemudian dimanfaatkan untuk 
mengatasi rendahnya kekuatan tarik beton. Sehingga apabila digunakan 
bersama-sama, maka menjadi struktur beton bertulang ( reinforced 
concrete ) yang kemudian memiliki kemampuan tekan dan tarik yang tinggi.
Perkembangan Beban Bangunan vs Kondisi Struktur Beton Bertulang
Pada beban kecil dimana gaya tarik yang 
terjadi belum melewati batas tarik beton,  analisis gaya-gaya yang 
terjadi adalah seperti gambar berikut:

Beton
 tarik (sisi bawah di tengah balok) masih mampu menahan beban tarik yang
 ada. Sehingga masih diperhitungkan dalam mendukung beban yang terjadi. 
Kondisi ini umumnya terjadi pada balok bentang pendek dan atau dengan 
tinggi balok cukup besar.
 
Beban yang dipikul oleh struktur beton 
mulai diterima sejak bekisting dilepas. Beban yang dipikul saat itu 
belum mencapai beban rencana karena beban yang dipikul hanya beban 
sendiri dan beban pelaksanaan di atasnya. Kecilnya beban pada saat 
bongkar bekisting berarti beban tarik yang dipikulpun masih relatif 
kecil. Walaupun beban yang dipikul masih kecil, tidak berarti masih 
dalam batas kekuatan tarik beton.
Dalam praktik perhitungan pembongkaran 
bekisting, acuan batas  kekuatan yang digunakan adalah kekuatan / 
kapasitas dukung beton bertulang bukan kekuatan batas tarik beton. 
Kadang diberikan faktor aman tertentu. Tidak mungkin untuk menjadikan 
batas kekuatan tarik beton dalam pembongkaran bekisting. Ini berarti 
kemungkinan beton sisi tarik  akan mengalami retak.
Pada saat struktur beton telah selesai 
secara keseluruhan dan pekerjaan finishing mulai dikerjakan bahkan 
bangunan telah mulai beroperasi, maka berarti beban struktur semakin 
besar bahkan mencapai beban yang direncanakan. Kondisi beton pada saat 
ini memiliki kemungkinan yang semakin besar untuk mengalami keretakan 
dibanding pada saat bongkar bekisting.
Pada gambar di atas adalah kondisi 
struktur beton bertulang mengalami  beban besar atau sudah mencapai 
beban rencana. Pada gambar paling kanan  terlihat beton bawah (bagian 
tarik) sudah tak diperhitungkan lagi. Baja  tulangan bawah yang 
diperhitungkan untuk menahan gaya tarik. Perhitungan  kapasitas momennya
 adalah M=C x jd = T x Jd. Simpelnya perhitungan  dilakukan dengan 
memperhitungkan kopel gaya tekan beton (C) dan tulangan  bawah (T). 
Beton bagian bawah (sampai pada batas garis netral / garis  putus-putus)
 tidak diperhitungkan lagi.
Keretakan Beton = Gagal Struktur?
Pada saat terjadi keretakan, besi 
tulangan pada daerah tarik tersebut mulai mengambil alih secara penuh 
beban tarik yang terjadi. Artinya beton daerah tarik sudah tidak memikul
 beban tarik. Beban tarik dialihkan ke besi tulangan. Secara struktural 
kondisi ini memang dirancang seperti itu dan kekuatan struktur masih 
dapat dipertanggung jawabkan. Beton yang retak saat beban mulai 
bertambah sama sekali tidak berarti ada kegagalan struktur.
Lokasi retakan yang terjadi saat beban 
mulai membesar adalah pada daerah tumpuan  / ujung balok sisi atas dan 
tengah bentang di sisi bawah. Pengalaman saya, retak yang terjadi hanya 
1-2 retakan di satu tempat observasi. Dimana tebalnya juga tidak besar. 
Bahkan seringkali hanya retak rambut. Keretakan seperti ini mestinya 
tidak perlu diperbaiki sama sekali. Ini kondisi yang alamiah terjadi dan
 memang perhitungannya sudah memperhitungkan retak itu akan terjadi.
Lain soalnya jika retak yang terjadi 
cukup banyak untuk satu lokasi observasi dengan lebar retak yang cukup 
besar dan retak mulai merembet ke lokasi lain selain di tumpuan dan 
tengah bentang. Ini ciri-ciri struktur beton mulai tidak mampu memikul 
beban yang ada.
Siapa yang bertanggung jawab?
Jika retak beton yang terjadi masih 
wajar, maka tidak perlu diperbaiki. Tidak perlu ada yang bertanggung 
jawab. Tidak perlu juga untuk khawatir, karena perhitungan struktur 
beton memang sudah tidak memperhitungkan beton yang mengalami retak. 
Namun jika retak yang terjadi cukup parah, perlu dilakukan penelitian 
yang lebih rinci yang melingkupi perhitungan struktur sesuai kondisi 
lapangan. Di samping itu perlu pula untuk melihat kembali kronologis 
pelaksanaan struktur. Jangan buru-buru menyalahkan salah satu pihak. 
Lakukanlah kajian yang lebih teliti.