Retak Beton
- 1:18 PM
- by
- Collis
Beton retak cukup sering terjadi dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Banyak yang menyikapinya secara buru-buru bahwa beton tersebut harus diperbaiki karena struktur beton telah mengalami kegagalan. Contoh pada proyek Perkantoran dimana Pembeli membeli space kantor yang belum dipasang plafond gypsum. Lalu, ketika melihat balok ada yang retak, Pembeli komplain. Kontraktor diminta untuk memperbaikinya. Salah siapa?
Beton Bertulang
Beton sangat banyak dipakai dalam
proyek konstruksi. Bahan beton diperoleh dengan cara mencampurkan
semen, air, dan aggregat plus bahan aditif dalam perbandingan tertentu.
Segera telah diaduk, beton segar mulai mengeras. Semakin lama semakin
keras mendekati kekuatan batu. Pedoman kekuatan beton adalah kekuatan
saat mencapai umur 28 hari. Berikut disajikan tampang beton setelah
mengeras.
Beton memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Memiliki kuat tekan sangat tinggi.
- Karakter beton memiliki kuat tarik rendah yang menyebabkan beton gampang mengalami retak pada daerah tarik.
- Beton mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah
- Beton mengalami kembang-susut bila terjadi perubahan suhu
- Beton bersifat getas
Kemampuan kuat tekan beton pada umur 28
hari berkisar fc’= 10 – 65 MPa. Di pasaran lebih sering dijumpai mutu
beton fc’ = 10 – 45 MPa atau K125 – K500. Angka tersebut menunjukkan
nilai kekuatan tekan beton. Sebagai gambaran untuk kekuatan tekan beton
untuk K125 adalah kubus beton 15×15 cm sanggup menahan beban sekitar 28
Ton.
Kuat tarik beton berkorelasi dengan kuat
tekannya atau dapat merupakan fungsi dari kuat tekannya. Maksudnya,
jika kuat tekan beton tinggi, maka kuat tarik beton juga tinggi. Kuat
tarik beton berada jauh di bawah kuat tekannya. Suatu rumus pendekatan
untuk menentukan kuat tarik beton yaitu = 0.57 x √ fc’ (untuk beton
normal).
Pada kenyataannya beton dalam struktur
beton bangunan sipil, memikul tarik yang cukup besar Sehingga
diperlukan perkuatan / material lain agar beton mampu memikul beban
terutama beban tarik tersebut. Besi tulangan merupakan material yang
memiliki kuat tarik yang tinggi. Sifat ini kemudian dimanfaatkan untuk
mengatasi rendahnya kekuatan tarik beton. Sehingga apabila digunakan
bersama-sama, maka menjadi struktur beton bertulang ( reinforced
concrete ) yang kemudian memiliki kemampuan tekan dan tarik yang tinggi.
Perkembangan Beban Bangunan vs Kondisi Struktur Beton Bertulang
Pada beban kecil dimana gaya tarik yang
terjadi belum melewati batas tarik beton, analisis gaya-gaya yang
terjadi adalah seperti gambar berikut:
Beton
tarik (sisi bawah di tengah balok) masih mampu menahan beban tarik yang
ada. Sehingga masih diperhitungkan dalam mendukung beban yang terjadi.
Kondisi ini umumnya terjadi pada balok bentang pendek dan atau dengan
tinggi balok cukup besar.
Beban yang dipikul oleh struktur beton
mulai diterima sejak bekisting dilepas. Beban yang dipikul saat itu
belum mencapai beban rencana karena beban yang dipikul hanya beban
sendiri dan beban pelaksanaan di atasnya. Kecilnya beban pada saat
bongkar bekisting berarti beban tarik yang dipikulpun masih relatif
kecil. Walaupun beban yang dipikul masih kecil, tidak berarti masih
dalam batas kekuatan tarik beton.
Dalam praktik perhitungan pembongkaran
bekisting, acuan batas kekuatan yang digunakan adalah kekuatan /
kapasitas dukung beton bertulang bukan kekuatan batas tarik beton.
Kadang diberikan faktor aman tertentu. Tidak mungkin untuk menjadikan
batas kekuatan tarik beton dalam pembongkaran bekisting. Ini berarti
kemungkinan beton sisi tarik akan mengalami retak.
Pada saat struktur beton telah selesai
secara keseluruhan dan pekerjaan finishing mulai dikerjakan bahkan
bangunan telah mulai beroperasi, maka berarti beban struktur semakin
besar bahkan mencapai beban yang direncanakan. Kondisi beton pada saat
ini memiliki kemungkinan yang semakin besar untuk mengalami keretakan
dibanding pada saat bongkar bekisting.
Pada gambar di atas adalah kondisi
struktur beton bertulang mengalami beban besar atau sudah mencapai
beban rencana. Pada gambar paling kanan terlihat beton bawah (bagian
tarik) sudah tak diperhitungkan lagi. Baja tulangan bawah yang
diperhitungkan untuk menahan gaya tarik. Perhitungan kapasitas momennya
adalah M=C x jd = T x Jd. Simpelnya perhitungan dilakukan dengan
memperhitungkan kopel gaya tekan beton (C) dan tulangan bawah (T).
Beton bagian bawah (sampai pada batas garis netral / garis putus-putus)
tidak diperhitungkan lagi.
Keretakan Beton = Gagal Struktur?
Pada saat terjadi keretakan, besi
tulangan pada daerah tarik tersebut mulai mengambil alih secara penuh
beban tarik yang terjadi. Artinya beton daerah tarik sudah tidak memikul
beban tarik. Beban tarik dialihkan ke besi tulangan. Secara struktural
kondisi ini memang dirancang seperti itu dan kekuatan struktur masih
dapat dipertanggung jawabkan. Beton yang retak saat beban mulai
bertambah sama sekali tidak berarti ada kegagalan struktur.
Lokasi retakan yang terjadi saat beban
mulai membesar adalah pada daerah tumpuan / ujung balok sisi atas dan
tengah bentang di sisi bawah. Pengalaman saya, retak yang terjadi hanya
1-2 retakan di satu tempat observasi. Dimana tebalnya juga tidak besar.
Bahkan seringkali hanya retak rambut. Keretakan seperti ini mestinya
tidak perlu diperbaiki sama sekali. Ini kondisi yang alamiah terjadi dan
memang perhitungannya sudah memperhitungkan retak itu akan terjadi.
Lain soalnya jika retak yang terjadi
cukup banyak untuk satu lokasi observasi dengan lebar retak yang cukup
besar dan retak mulai merembet ke lokasi lain selain di tumpuan dan
tengah bentang. Ini ciri-ciri struktur beton mulai tidak mampu memikul
beban yang ada.
Siapa yang bertanggung jawab?
Jika retak beton yang terjadi masih
wajar, maka tidak perlu diperbaiki. Tidak perlu ada yang bertanggung
jawab. Tidak perlu juga untuk khawatir, karena perhitungan struktur
beton memang sudah tidak memperhitungkan beton yang mengalami retak.
Namun jika retak yang terjadi cukup parah, perlu dilakukan penelitian
yang lebih rinci yang melingkupi perhitungan struktur sesuai kondisi
lapangan. Di samping itu perlu pula untuk melihat kembali kronologis
pelaksanaan struktur. Jangan buru-buru menyalahkan salah satu pihak.
Lakukanlah kajian yang lebih teliti.
0 comments:
Post a Comment